Tragedi
tsunami telah 5 tahun berlalu, bencana alam terbesar ini telah
menewaskan ratusan ribu jiwa, jutaan rumah rata dengan tanah, bumi Aceh
seperti ladang yang hanya berisi sampah reruntuhan dan mayat yang
berserakan. Gulungan ombak itu seolah melenyapkan kehidupan di sana.
Seluruh dunia turut berduka dalam tragedi tersebut.
Sebagian
besar orang menganggap musibah ini adalah bencana alam. Sebabnya adalah
lempeng bumi di belahan Sumatra mengalami pergeseran dan menimbulkan
patahan sehingga terjadilah gelombang tsunami yang diawali dengan gempa
bumi yang berkekuatan 6,87 skala richter menurut catatan Badan
Meteorologi dan Geofisika (BMG). Berbeda dengan catatan yang diberikan
oleh NOAA Amerika yang mencatat bahwa kekuatan gempa mula-mula sebesar
8.0 SR kemudian dirubah menjadi 8.5 SR lalu 8.9 SR sampai akhirnya NOAA
menetapkan bahwa kekuatan gempa yang menimpa Aceh saat terjadinya
tsunami adalah sebesar 9.0 SR.
Perbedaan
mengenai kekuatan gempa ini bagi sebagian kecil orang menjadi sebuah
kecurigaan. Mereka menganggap ada skenario dibalik tsunami yang melanda
Serambi Mekah tersebut. Seorang dosen Fakultas Tekhnik Unisba, M.Dzikron
A.M termasuk ke dalam sebagian kecil orang yang mencurigai musibah yang
melanda Aceh. Tak lain musibah itu adalah skenario dari negara adidaya,
Amerika Serikat.
Selain
adanya perbedaan mengenai catatan kekuatan gempa, faktor lain yang
menguatkan bahwa tsunami Aceh merupakan tsunami buatan adalah perbedaan
mengenai letak epicentrum (pusat gempa pada permukaan bumi). Australia
merekam magnitudo dan posisi epicentrum sesuai dengan yang ditentukan
oleh kantor Geofisika Jakarta yaitu gempa berukuran 6,4 pada skala
Richter menimpa utara pulau Sumatra. Titik gempa berada di 155 mil
selatan-tenggara provinsi Aceh. Lokasi ini berbeda 250 mil dari posisi
yang ditentukan oleh NOAA Amerika, yang menyatakan bahwa epicentrum
berada di barat daya Aceh.
Selain
itu Indonesia dan India juga merasakan keanehan akan tidak adanya gempa
‘peringatan’ pada seismograf mereka. Hal ini berarti bahwa gelombang
kejut normal yang selalu mendahului gempa tidak ada. NOAA menyatakan
menerima ‘peringatan’ mengenai adanya gempa susulan, tetapi sama sekali
tidak terjadi. Secara sederhana, gempa selalu dipicu oleh frekuensi
elektromagnetik pada 0,5 atau 12 Hertz, dan bukan merupakan proses yang
terjadi mendadak.
Maka
ketika resonansi karena frekuensi ini terjadi, pusat gempa akan mulai
bergetar, dan mengirimkan peringatan adanya gempa kepada semua
seismograf dalam bentuk gelombang transversal (tegak). Jika gelombang
yang diterima oleh seismograf adalah gelombang P, maka yang dihadapi
adalah gelombang akibat gempa bawah tanah atau bawah laut. Nyatanya
gelombang inilah yang diterima oleh Indonesia dan India. Gelombang ini
secara mengejutkan sangat mirip dengan gelombang yang dihasilkan
beberapa tahun lalu oleh senjata nuklir skala besar di bawah tanah di
Nevada.
Menyadari
keanehan yang terjadi, pada tanggal 27 Desember India menolak untuk
bergabung dalam rencana ekslusif Bush yang akan menarik semua kekuatan
Nuklir Asia dari koalisi baru dengan Rusia, Cina, dan Brazil.
Selain
itu juga keanehan yang dapat kita saksikan secara langsung dengan mata
kepala adalah mayat-mayat korban tsunami tersebut mati dengan keadaan
yang gosong. Mungkinkah gelombang air laut dapat membuat tubuh manusia
menjadi gosong, rasanya sungguh tak masuk akal.
Satu
hal yang sangat penting untuk kita ketahui bahwa sesungguhnya gelombang
tsunami hanya merupakan gelombang pelabuhan sesuai dengan namanya yang
berasal dari Jepang yaitu Tsu yang berarti pelabuhan dan nami
yang berarti gelombang. Jadi sedahsyat-dahsyatnya gelombang tsunami
hanya akan melanda daerah sekitar pelabuhan. Tidak mungkin gelombang
tersebut sampai masuk ke daerah perkotaan seperti yang terjadi di Aceh.
Tentunya
kita bertanya dengan alat secanggih apa yang bisa membuat bencana
sedahsyat tsunami yang melanda Serambi Mekah kita tersebut. Hanya ada
satu jawaban yang mungkin, yaitu dengan menggunakan bom nuklir. Bom yang
pernah meluluhlantakkan Hirosima dan Nagasaki. Termonuklir itu tak lain
adalah nuklir yang dapat mengakibatkan ledakan dan menimbulkan
gelombang yang maha dahsyat di Aceh. Dapat dipastikan bahwa dalang dari
semua ini adalah negara adidaya, Amerika Serikat.
3
bulan pasca tsunami Aceh dikepung oleh kapal induk milik Amerika dengan
tujuan agar para peneliti tidak mendekati Aceh dan mereka bisa
membersihkan puing-puing sisa bom nuklir tersebut. Akan tetapi 2 bulan
pasca tsunami yang melanda Aceh ditemukan sampah nukir berserakan di
Somalia, seperti yang diungkapkan oleh UNEP.
Tapi
VOA Amerika mengklaim bahwa itu adalah sampah nuklir dari Eropa.
Padahal pada tahun 1972 PBB telah mengeluarkan peraturan untuk tidak
membuang sampah nuklir ke laut.
Dzikron
mengungkapkan pendapatnya mengenai adanya tsunami buatan ini
dikarenakan oleh beberapa faktor. Yang menjadi faktor utamanya adalah
berkaitan dengan motif ekonomi. Aceh merupakan daerah yang menyimpan
kandungan gas yang sangat banyak. Terbukti setelah tsunami perusahaan
gas yang terdapat di Aceh dikuasai oleh Amerika. Selain kaya akan
kandungan gas, Aceh juga menyimpan cadangan emas. Kawasan
ini memang terkenal sangat kaya dengan sumber kekayaan alam. AS,
melalui ExxonMobil, tentunya ingin mempertahankan dan memperluas
kekuasaannya.Salah satu jalan yang ditempuh dengan melenyapkan warga
Aceh, yang selama ini dianggap mengancam keberadaan perusahaan minyak
itu. Aceh terus mengajukan tuntutan agar diberi hak yang lebih besar
terkait kekayaan alamnya.Tujuan lainnya, AS ingin mendapatkan ladang
minyak baru dengan memunculkan “gempa buatan”.
Demikian
kompleksnya tanda-tanda yang muncul sehingga kita sulit untuk
membedakan tsunami yang terjadi di Aceh adalah tsunami yang disebabkan
oleha alam ataukah sebuah bencana yan memang diciptakan oleh
tangan-tangan yang mempunyai kepentingan khusus. Tapi mari kita sejenak
mengingat janji Allah dalam Alquran Surat Ar-Rum ayat 41, bahwa Allah
telah berfirman “telah tampak kerusakan di darat dan di laut
disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah mengehendaki agar
mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar)”. Sudah sangat jelas bahwa
semua kerusakan yang terjadi di alam ini adalah ulah-ulah tangan manusia
yang tidak mensyukuri rahmat Sang Pencipta. Allah telah mengatur
sedemikian rupa perputaran bumi dan segala apa yang yang ada di
dalamnya. Tak ada satu orang pun yang bisa mengubah kehendak Sang
Penguasa. Dari mulai angin yang bergerak menuju langit yang kemudian
menjadi awan dan awan berubah menjadi hujan, sungguh semua telah diatur
dalam Alquran. Allah tidak akan mengingkari janjinya. Dengan begitu
jelas semua kerusakan alam ini karena manusia sendiri dan kemungkinan
besar bencana tsunami juga adalah rekayasa tangan manusia.
Banyak
orang tak percaya Tsunami yang meluluhlantakan Aceh dan Sumatra Utara
itu akibat rekayasa negara adidaya. Mereka tidak percaya Amerika Serikat
mampu merekayasa bencana alam sedahsyat itu. Ada juga yang skeptis
penggunaan energi nuklir pasti menimbulkan efek lain, yaitu radiasi yang
membawa banyak efek negatif bagi lingkungan maupun manusia di lokasi
bencana. Siapa yang kenal nuklir dan efeknya sebelum hiroshima dan
nagasaki? Maka teori Tsunami akibat nuklir pun dapat disikapi secara
sama. Secara teoritis, Warhead Thermonuklir W-53 Amerika dengan kekuatan
9 megaton (hiroshima & nagasaki 1000 ton) dapat dengan mudah
ditempatkan dalam wadah yang mirip diving chamber (alat selam dalam)
yang biasa yang digunakan dalam eksploitasi minyak. Wadah ini sekaligus
melindunginya dari tekanan sebesar 10.000pon per inchi persegi di dasar
palung laut dalam. Bobot total berikut wadahnya kurang dari lima ton,
sehingga dapat dijatuhkan dari buritan kapal suplai anjungan pengeborang
minyak lepas pantai.
Di
Asia terdapat lebih dari 300 anjungan. Siapa yang tahu jika salah satu
dari anjungan itu dipilih menjadi tempat titik episentrum gempa? Kedua,
yang lebih masuk akal, senjata yang digunakan bukan nuklir melinkan
senjata SCALAR. Teknologi senjata baru ini memang berpotensi
memanipulasi fenomena alam untuk menghancurkan musuh. Dari gempa bumi
hingga angin topan dapat ditimbulkan dengan tembakan gelombang
elektromagnetik berkekuatan sangat tinggi. Lebih logis jika senjata
SCALAR yang digunakan untuk menimbulkan gempa besar yang memicu Tsunami
Asia. Orang yang mencermati rentetan bencana alam di Asia dan Indonesia
akan menjumpai pola yang unik. Mengapa gempa yang menjadi lokasi gempa
beberapa daerah yang secara sosial politik bergejolak? Perlu diingat,
didaerah tersebut pasti ada perusahaan besar milik Amerika Serikat yang
mengeksploitasi kekayaan alam. Nabire terletak di papua, daerah yang
menjadi basis gerakan separatis OPM sekaligus daerah operasi Freeport.
Aceh jelas basis gerakan separatis GAM dan daerah operasi Mobil Oil dan
Caltex.
Menggunakan
operasi pisau analisis teori konspirasi, tidak ada peristiwa yang
terjadi kebetulan. Mengapa “kebetulan” kapal induk USS Abraham Lincoln
berada di perairan Hongkong dan segera saja menuju Aceh? Mengapa
“kebetulan” pula pelabuhan milik Mobil Oil di Arun bisa dilabuhi kapal
induk?
Terlampau banyak ”kebetulan” yang muncul dalam rangkaian bencana alam di Indonesia.
Terlampau banyak ”kebetulan” yang muncul dalam rangkaian bencana alam di Indonesia.
Tapi
yang jelas,skenario menggunakan senjata yang mampu melakukan modifikasi
lingkungan dan manipulasi fenomena alam, memang sangat canggih. Dengan
menggunakan SCALAR, taktik “lempar batu sembunyi tangan” dapat diubah
lebih efektif menjadi “lempar batu, datang dan jadi tuan”.
Teknologi
perusak berbasis gelombang elektromagnetik pertama kali dikenalkan
saintis Rusia Nikola Tesla (bagi yang pernah maen game C&C Red Alert
2 pasti tidak asing dengan nama “Tesla”). Saintis ini menjadikan
bencana gempa di berbagai negara pada 1937 sebagai sampel penelitian.
Selanjutnya, Tesla melakukan penelitian mengenai penciptaan alat yang
mampu memunculkan gelombang frekuensi tinggi yang bisa memicu badai dan
gempa tektonik. Setelah melalui berbagai penyempurnaan, alat itu mampu
mengalahkan kekuatan Nuklir. Belakangan senjata pemusnah massal itu
dikenal sebagai elektromangnetik SCALAR.
Dalam
bukunya “The Latest Weapon of War” (2000), Dr Rosalie Bertell,
menyatakan bumi bisa digunakan sebagai alat baru untuk memenangkan
“peperangan”. Bumi bisa digoncangkan dengan alat berteknologi tinggi.
Secara tegas Bertell berkata, dalam persenjataan tentara AS senjata
terkininya adalah bumi dan cuaca. “keduanya akan menjadi senjata
pemusnah terburuk menjelang 2025” katanya. Senjata elektromagnetik bisa
memunculkan ledakan yang seperti halnya gempa bumi. Tentu saja kekuatan
ini jauh melebihi kedashyatan senjata nuklir yang dikenal sebagai
senjata pemusnahan massal.
Menurut
Bertell, As sudah melakukan uji coba sejak puluhan tahun lalu. Negeri
Paman Sam pernah menggunakan gelombang elektromagnetik dan bahan kimia
untuk melubangi ozon atmosfir di ruang udara beberapa negara asia.
Ketika itu AS menggunakan Barium dan Lithium yang “dikirim” ke lapisan
ozon dengan bantuan gelombang elektromagnetik. Tak heran jika antara
periode 1980 hingga 1990, dilangit Amerika utara sering muncul cahaya
berpendar.
Uji
coba itu menyebabkan gangguan luar biasa pada cuaca di seluruh dunia.
“antara 1960-an hingga 1990-an, kadar bencana alam yang besar meningkat
10 kali lipat,” Kata Bertell. Fenomena El Nino antara 1997 hingga 1998
yang disebut-sebut banyak ahli sebagai penyebab kekacauan cuaca
diseluruh dunia, sejatinya, didahului gangguan besar dan ketidakstabilan
iklim di satu tahun sebelumnya. Pada 1996, terjadi banjir besar di Asia
Selatan, Nepal, India dan Bangladesh. Demikian juga di Cina. Bencana
terbesar terjadi di Kanada. Negara itu dihajar badai Tornado dan banjir.
Teori
Bertell didukung Michel Chossudovsky yang berprofesi sebagai analis
persenjataan global. Bahkan secara terang-terangan Chossudovsky menuduh
Pentagon sudah lama berkecimpung dalam memanipulasi cuaca. April 1997,
menurut Menhan William Cohen, As terpaksa menghadapi serangan senjata
perubah cuaca dengan senjata sejenis. Demikian juga dengan penggunaan
gelombang elektromagnetik pemicu gempa. “ Washington kini menerapkan
orde baru persenjataanya yang mempunyai kemampuan untuk merubah cuaca.”
Kata Chossudovsky. Ini sekaligus menjadi jawaban mengapa presiden George
Bush tidak mau menandatangani protokol Kyoto. Sebuah perjanjian antar
bangsa mengenai kaidah pencegahan pemanasan global dan pemulihan alam.
Salah
seorang pakar dari Phillips Geophysis yang bekerja dalam proyek HAARP
(High Altitude Atmospheric Research Project) juga pernah mengungkapkan
adanya riset yang diarahkan untuk menciptakan perangkat-perangkat pemicu
bencana alam. Untuk mendukung kemampuan SCALAR-nya, AS menggunakan
gelombang elektromagnetik berfrekuensi sangat rendah (Extremely Low
Frequency atau ELF ) yang mampu menembus lapisan tanah dan lautan hingga
ratusan kilometer di dalam perut bumi. Melalui modifikasi khusus,
Gelombang itu mampu menggerakan lempeng tektonik bumi. Menurut Dr
Rosalie Bertell, seorang pengamat persenjataan non konvesional, gempa
bumi yang ditimbulkan oleh ELF akan terkait dengan ionosfir (atmosfir
yang berjarak 80-600 km dari permukaan bumi). Tak heran jika gempa bumi
Tang Shan di China pada 28 Juli 1976, terjadi setelah muncul kilatan
cahaya di langit China. Fenomena itu muncul akibat gelombang ELF, yang
telah ditembakkan Amerika Serikat, telah memanaskan ionosfir.
Munculnya
kilatan cahaya juga terjadi pada gempa Aceh, Nias, Jogja, dan
Pangandaran. Hal yang sama juga muncul pada 17 Oktober 1989, ketika
gempa besar melanda San Francisco. Demikian juga gempa di California
tanggal 12 September 1989. Harian Washington Times pada Maret 1992
meliris berita mengenai tertangkapnya gelombang radio misterius oleh
sejumlah satelit dan radar menjelang terjadi gempa besar di beberapa
negara antara tahun 1986-1989. Gempa-gempa itu terjadi di California,
Amerika, dan Jepang.Gempa bumi yang menggoyang Los Angeles pada 17
Januari 1994 juga didahului dengan gelombang radio dan dua letusan
hipersonik.
Menyikapi
fenomena kilatan cahaya yang selalu mendahului terjadinya gempa, pada
tahun 1997 Pentagon mengeluarkan sinyalemen, telah terjadi ancaman bagi
keamanan dunia menggunakan senjata pemanipulasi cuaca, pencetus gempa
bumi dan peletusan gunung api dari jarak jauh dengan menggunakan
gelombang elektromagnetik. Sebelumnya, pada pertengahan Juli 1996,
sejumlah negara diguncang gempa. Yakni wilayah pegunungan Alpens
Prancis, Austria, selatan Italia, timur laut India, Jepang, Indonesia,
semenanjung Kamchatka dan selatan Mexico. Bahkan di New Zealand sebuah
gunung berapi meletus.
Menurut
sebuah sumber, AS pernah menghantam Korea Utara dan Kuba dengan senjata
pengacau cuaca. Tujuannya, kemusnahan ekonomi, ekosistem serta
pertanian. Upaya ini berhasil. Korea Utara dan Kuba pernah mengalami
krisis akibat kacaunya cuaca.
Bagaimana
yang terjadi terhadap Indonesia? Situs Conspiracy News, menurunkan satu
liris yang mengejutkan terkait bencana Aceh.Di situs itu disebutkan,
bencana Aceh terjadi setelah sembilan hari George Bush mengeluarkan
instruksi AS harus menguasai seluruh lautan dunia, untuk tujuan
keselamatan dan pembangunan Aceh. Sebuah fakta disodorkan. Sebelum gempa
menggoyang Aceh, Australia dan pangkalan AS di Diego Garcia sudah
mendapat informasi soal akan terjadinya gempa dan tsunami. walhasil,
ketika tsunami menyapu, pangkalan militer tempat bersandarnya super
tanker KC-135 itu sama sekali tidak terusik. Padahal jelas-jelas
pangkalan yang dihuni dua ribu lebih personil militer itu berada di
Samudera Hindia. Diego Garcia (pulau yang disewa AS dari pemerintah
Inggris) yang jaraknya tidak jauh dari pusat gempa bumi dilaporkan hanya
mengalami gelombang ombak setinggi 6 kaki.
Berkaitan dengan perbuatan Amerika tersebut Allah juga telah berkata dalam Alquran bahwa “Dan
apabila dikatakan kepada mereka,”janganlah berbuat kerusakan di bumi!”
mereka menjawab, “sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan
perbaikan. Ingatlah, sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan,
tetapi mereka tidak menyadari”. (QS Al-Baqarah 11-12).
Bila
kita melihat lebih jauh bahwa daerah yang menjadi sasaran tsunami 26
Desember lalu, adalah daerah yang mayoritas muslim. Memang telah
tertulis di dalam Alquran bahwa Islam adalah musuh terbesar kaum Yahudi,
ini juga tertuang dalam QS Al-Baqarah: 217, “mereka
bertanya kepadamu (Muhammad)tentang berperang pada bulan haram.
Katakanlah, “berperang dalam bulan haram itu adalah (dosa) besar. Tetapi
menghalangi (orang) dari jalan Allah, ingkar kepada-Nya, (menghalangi
orang masuk) masjidil haram, dan mengusir penduduk dari sekitarnya,
lebih besar dosanya dalam pandangan Allah. Sedangkan fitnah lebih kejam
daripada pembunuhan. Mereka tidak akan berhenti memerangi kamu sampai
kamu murtad (keluar) dari agamamu,jika mereka sanggup. Barang siapa
murtad diantara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka
mereka itu sia-sia amalnya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah
penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya”.
Maka
tak salah jika orang-orang Yahudi mencoba dengan segala cara untuk
menjatuhkan muslim dan menghancurkan kaum muslim. Oleh karena itu AS
berusaha keras untuk memusnahkan muslim dengan berbagai cara.
Orang-orang Yahudi berada di balik kekuatan AS. Seperti yang terlansir
dalam media massa Israel.
Dunia
tidak akan mengetahui Perdana Menteri Israel Ehud Olmert membanggakan
diri telah membuat Presiden Amerika George W. Bush seperti anak kecil
dengan memerintahkannya membatalkan rencana dukungan Amerika atas
Resolusi PBB yang memerintahkan penghentian serangan Israel atas Gaza,
jika saja media-media massa Israel tidak memberitakannya. Dunia juga
tidak akan pernah mengetahui Perdana Menteri Israel Ariel Sharon
mengatakan: “Kita, orang Yahudi menguasai Amerika. Orang-orang Amerika
tahu itu!”, jika saja media massa Israel tidak memberitakannya.
Media
massa itu mencoba membongkar kebusukan dari orang-orang Yahudi sendiri,
salah satunya dengan karikatur kartun. Kartun tersebut terdiri dari 12
gambar sekuel yang menceritakan tentang tiga orang Yahudi yang tengah
berlibur di sebuah pulau terpencil. Ketiga orang Yahudi tersebut
masing-masing adalah seorang rabbi alias pemuka agama Yahudi, seorang
pemuka masyarakat dan seorang pengusaha. Si pengusaha digambarkan terus
bercumbu dengan seorang wanita penghibur sambil berbincang-bincang
dengan teman-temannya.